Saturday, May 19, 2018

KEPEMIMPINAN DAN SISTEM SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN


LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

TUJUAN

a. pembaca dapat memahami tentang kepemimpinan dan pemimpin
b. pembaca dapat memahami tentang pimpinan produk system social
c. pembaca dapat memahami tentang hakikat anggota dan pimpinan
d. pembaca dapat memahami tentang etika dan moral pemimpin
e. pembaca dapat memahami tentang teori kepemimpinan
f. pembaca dapat memahami tentang ciri-ciri seorang pemimpin
BAB II PEMBAHASAN


Pengertian kepemimpinan

Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarhkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.

Pengertian Sistem Sosial

Konsep sistem sosial terdiri dari dua suku kata sistem dan sosial. Secara Etimologis, bahwa kata Sistem merupakan kata serapan yang berasal dari  bahasa Yunani yaitu systema. Menurut (Damsar, 2011) : Sistem merupakan  suatu kelompok elemen-elemen yang saling berhubungan secara independen ( Saling ketergantungan)  dan konstan.

Sedangkan Kata Sosial, salah satunya dapat  berakar  dari kata latin , yaitu socious yang berarti  bersama-sama, bersatu, terikat , sekutu berteman. Atau kata Socio yang bermakna menyekutukan, menjadi teman, mengikat atau mempertemukan. Secara Etimologis kata sosial  dimengerti  sebagai  sesuatu  yang dihubungkan atau dikaitkan dengan teman, pertemanan dan masyarakat.

Kedua kata diatas ada hubungan yang erat antara Sistem dan sosial.  menurut Robert M.Z. Lawang di dalam (Damsar, 2011) sistem sosial adalah sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang berhubungan timbal balik  kurang lebih bersifat konstan.  Sedangkan Menurut  (Roger, 1995) sistem sosial adalah adalah hubungan (interaksi) antara individu atau unit dengan bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu. demikian juga pada               (Ibrahim,1988) Menyatakan bahwa Sistem Sosial merupakan ikatan bagi anggotanya dalam melakukan kegiatan artinya antar anggota tentu saling pengertian dan hubungan timbal balik.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Sosial adalah Sekelompok manusia memiliki tujuan yang sama sehingga mereka saling bekerja sama  dalam memecahkan sebuah masalah








 Anggota dari Sistem Sosial

Anggota sistem sosial yaitu individu, kelompok-kelompok informal, organisasi dan sub sistem yang lain. Contoh dari sistem sosial itu sendiri yaitu Petani di pedesaan, pegawai , dokter dan sebagainya. Semua anggota sistem sosial bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan bersama. Dengan demikian maka sistem sosial merupakan ikatan bagi anggotanya dalam melakukan kegiatan artinya ada hubungan timbal balik.

Masyarakat sebagai Sistem Sosial

Menurut Paul B. Horton dalam  Candra Artikel (2012) akses Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Pada bagian lain Horton mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Sebagai suatu sistem, individu-individu yang terdapat di dalam masyarakat saling berhubungan atau berinteraksi satu sama lain, misalnya dengan melakukan kerja sama guna memenuhi kebutuhan hidup masing-masing.

Penerima Inovasi (Anggota Sistem Sosial)

Orang-orang yang berada dalam sistem sosial itu walaupun merupakan suatu kesatuan namun mereka itu berbeda dalam tanggapan dan penerimaannya terhadap ide baru. Ada anggota sistem yang cepat mengetahui adanya inovasi dan lebih awal menerimanya dan ada pula yang begitu terlambat.

Rogers (1995) mengelompokkan pengadopsi inovasi sebagai berikut:
Perintis (innovator), yang mencakup sekitar 2.5 persen dari suatu populasi,
Pelopor (earlyadopter) sekitar 13.5 persen,
Penganut dini (early majority) sekitar 34 persen,
Penganut lambat (late majority) sekitar 34 persen, dan
Kaum kolot (laggard) sekitar 16 persen.








Hal-hal yang mempengaruhi difusi dalam Sistem social

Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1995) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Ke empat faktor tersebut adalah: 1) struktur sosial (social structure); 2) norma sistem (system norms); 3) pemimpin opini (opinion leaders); dan 4) agen perubah (change agent).

 Struktur Sosial

Struktur dalam hal ini diartikan sebagai pedoman peraturan unit dalam suatu sistem. Dengan adanya struktur ini maka dapat menimbulkan ketertiban dan kestabilan tingkah laku dalam sistem sosial (Ibrahim 1988: 67).

Struktur sosial adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Struktur ini memberikan suatu keteraturan dan stabilitas prilaku setiap individu (unit) dalam suatu sistem sosial tertentu.

Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem karena struktur sosial sangat berpengaruh dalam proses komunikasi.  Katz (1961) dalam Rogers seperti dikutip oleh Rogers (1995:25) menyatakan bahwa sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui struktur sosial dari adopter potensialnya, sama halnya dengan meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur pembuluh nadi dan arteri.

Penelitian yang dilakukan oleh Rogers di Korea terhadap program Keluarga berencana memiliki karakteristik yang sama. Sepeti buta huruf, memiliki anak 2 dan berumur 29 tahun. Serta suami mereka sama-sama tamat SMTA. Tetapi tinggal di desa yang berbeda yang Desa A kecepatann menerima informasinya lebih tinggi dengan desa B. Diberkan informasi dengan fasilitas dan data yang sama.

Berdasarkan data tersebut akan adanya sebuah struktur sosial dan proses komunikasi yang akan mempengaruhi seseorang dalam menerima sebuah inovasi. Ketika Desa A warga masyarakat sudah bisa menerima inovasi maka mereka akan memberikan dorongan untuk wanita di desa A menerima Inovasi tersebut. Sedangkan di desa B belum akan terjadi sebuah Dorongan dari warga masyarakat             Berdasarkan Cerita diatas dapat disimpulkan bahwa perbedan Struktur Sosial maka akan mempengaruhi seseorang dalam menerima sebuah Inovasi.

Norma sistem sosial dan difusi

Norma adalah suatu pola prilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem sosial yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem social. Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa.

Norma yang berlaku pada suatu sistem sosial berpengaruh terhadap kecepatan penerimaan inovasi. Norma yang berlaku dalam sistem sosial merupakan pedoman tingkah laku anggota sistem sosial yang ditaati. Norma memberikan petunjuk tentang standart perbuatan para anggota sistem sosial. (Ibrahim 1988:68).

Apabila sebuah inovasi bertentangan dengan Norma maka akan mempengaruhi sebuah inovasi itu cepat diterima atau tidak. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi dengan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem social berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.

Menurut. (Priyanto, Djaenudin, Priyanto, Choisin, & A.R, 2008) Norma terdiri dari beberapa jenis, antara lain yaitu : Norma Agama,  Norma Kesusilaan,  Norma Kesopanan,  Norma Kebiasaan (Habit), dan  Norma Hukum.  Penjelasan dan Pengertian Masing-Masing Jenis/Macam Norma Yang Berlaku Dalam Masyarakat yaitu :

Norma Agama

Norma Agama adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran aqidah suatu agama. Norma ini bersifat mutlak yang mengharuskan ketaatan para penganutnya.  Sebuah Inovasi apabila bertentangan dengan agama maka akan sulit diterima oleh Sistem sosial seperti contoh adanya Inovasi keluarga berencana yang dicanangkan oleh pemerintah. Hal ini sulit diterima oleh masyarakat pertama kali dikeluarkan karena bertentangan dengan norma Agama.










Norma Kesusilaan

Norma Kesusilaan adalah norma yang didasarkan pada hati nurani atau ahlak manusia. Melakukan pelecehan seksual adalah salah satu dari pelanggaran dari norma kesusilan. Inovasi  yang mungkin sulit diterima dalam  Norma kesusilaan ini misalnya dalam proses belajar di sekolah anak diberikan penjelasan mengenai “ Sex edukasi” hal ini sulit diterima oleh orang tua atau masyarakat karena faktor-faktor bahwa Pelajaran itu tidak penting. Selain itu misalnya ada sebuah inovasi mengenai Mode pakaian yang dibuat oleh pendesain namun pakaian itu kurang sesuai dengan norma kesusilaan seperti tidak sesuai dengan kebudayaan timur.

Norma Kesopanan

Norma Kesopanan Adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang berlaku di masyrakat. Cara berpakaian dan bersikap adalah beberapa contoh dari norma kesopanan.

Norma Kebiasaan (Habit)

Norma ini merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Orang-orang yang tidak melakukan norma ini dianggap aneh oleh anggota masyarakat yang lain. Kegiatan melakukan acara selamatan, kelahiran bayi dan mudik atau pulang kampung adalah contoh dari norma ini.

Norma Hukum

Norma Hukum adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sangsi norma hukum bersifat mengikat dan memaksa. Melanggar rambu-rambu lalu lintas adalah salah satu contoh dari norma hukum.                                                     Berdasarkan pengetahuan mengenai norma yang ada di dalam masyarakat maka ada baiknya kita sebagai pembuat Inovasi hendaklah memikirkan apakah inovasi kita tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada sehingga Inovasi bisa diterima lebih cepat.

Agen Pembaharu

Dalam  Masyarakat terdapat Agen pembaharu yang bisa mempengarhui sebuah difusi. Agen pembaharu adalah pekerja profesional yang berusaha mempengaruhi klien atau sasaran inovasi  untuk mengambil keputusan mengikuti inovasi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh Lembaga Pembaruan dimana dia bekerja (Ibrahim 1988:70).

Mereka yang termasuk agen pembaharu adalah  guru, penyuluh lapangan, pekerja sosial, juru dakwah, missionaris. Dalam pengertian yang lebih luas: penjaja dagangan, kader partai di desa, juru penerang, konsultan atau siapa saja yang berusaha menawarkan gagasan-gagasan baru, barang-barang baru atau tindakan-tindakan baru (inovasi) kepada anggota masyarakat dan berusaha agar orang-orang itu mengadopsi inovasi yang ditawarkan bisa disebut agen pembaru.

Fungsi utama agen pembaru adalah: menjadi mata rantai penghubung antara dua sistem sosial atau lebih. Sebagai contoh, penyuluh pertanian lapangan adalah mata rantai yang menghubungkan Dinas Pertanian dengan para petani. Agen pembaru tidak selalu orang pemerintah, bisa juga orang swasta atau tenaga sukarela. Hal itu tercermin dalam peranan utama seorang agen perubahan Havelock yaitu:
Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan.
Sebagai pemberi pemecahan persoalan.
Sebagai pembantu proses perubahan : membantu dalam proses pemecahan masalah dan penyebaran inovasi
Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen pembaru:

Gencarnya usaha promosi
Lebih berorientasi pada klien
Kerjasama dengan opinion leader/ tokoh masyarakat
Kredibilitas agen pembaru di mata klien

Opinion Leader

Dalam melakukan difusi Inovasi kadang kala terdapat hambatan-hambatan yang menyebabkan sebuah inovasi itu sulit diterima dikarenakan pengaruh struktur sosial atau bertentangan dengan Norma. Sehingga dibutuhkan seseorang yang memiliki kepercayaan besar oleh masyarakat. Orang tersebut sering disebut dengan pemuka pendapat atau Opinion leader.

Opinion leader atau Pemuka pendapat  adalah orang yang mampu mempengaruhi  orang lain agar mngubah sikap atau tingkah lakunya secara minimal ke arah sebuah perubahan yang dikehendaki. (Ibrahim:1988:69) Opinion leader atau pemuka pendapat mempunyai keunggulan dari masyarakat kebanyakan. Maka sepantasnya jika mempunyai karakteristik yang membedakan dirinya dengan yang lain.


Menurut Nurudin, (2005:160) Karakteristik Pemuka pendapat dibandingkan dengan orang lain yaitu :
Memiliki Pendidikan formal yang ditinggi dibandingkan dengan anggota masyarakat lain;
Memiliki Status sosial yang lebih Tinggi
Lebih inovatif dalam menerima dan mengadopsi ide baru;
Lebih tinggi dalam pengenalan medianya;
Kemampuan empatinya lebih besar;
Partisipasi sosialnya lebih besar;
Lebih kosmopolit (mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas)

Rogers (1995) menjelaskan karakteristik pemuka pendapat yang membedakan dari masyarakat lainnya, yaitu:

Pemuka pendapat mempunyai ekspose lebih besar ke mass media dibandingkan para pengikutnya;
Pemuka pendapat lebih kosmopolit daripada pengikutnya;
Pemuka pendapat mempunyai hubungan lebih luas dengan agen perubahan dibandingkan pengikutnya;
Pemuka pendapat memiliki partisipasi sosial lebih besar dibanding pengikutnya;
Pemuka pendapat memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan pengikutnya;
Pemuka pendapat lebih inovatif dibandingkan pengikutnya;
Ketika suatu sistem norma sosial menyukai perubahan, para pemuka pendapat menjadi lebih inovatif, tetapi ketika norma-norma tidak menyukai perubahan, maka para pemimpin pendapat tidak terlalu inovatif.

Besarnya pengaruh seorang pemuka pendapat memiliki peran keduanya bisa menghambat dan mempermudah sebuah proses difusi. Sehingga Pemuka pendapat sangat berperan dalam menjadi pusat komunikasi interpersonal dalam jaringan komunikasi sistem sosial.









Definisi Kepemimpinan Sosial

Untuk mempermudah memahami kajian dalam mata kuliah kepemimpinan, diperlukan pemahaman tentang definisi judul mata kuliah. Secara etimologi (ilmu assal kata), kepemimpinan berasal dari kata pimpin (lead) dengan mendapat awalan me –memimpin (to lead) yang berarti; menuntun, menunjukkan jalan, dan membimbing. Juga, berasal dari kata pemimpin (leader) yang berarti mempelopori, berjalan dimuka, menuntun, membimbing, mendorong dan menggerakkan. Dengan kata lain, kata memimpin menunjukkan suatu pekerjaan seseorang, sedangkan kata pemimpin menunjukkan subyek atau orang yang melakukan suatu pekerjaan. Berarti, keduanya, baik memimpin maupun pemimpin dapat diartikan; orang yang mempelopori, berjalan dimuka, menuntun, membimbing, mendorong dan menggerakkan orang lain. Kata pemimpin mendapat awalan ke- dan mendapat akhiran –an, maka muncul kata kepemimpinan (leadership) yang menunjukkan pada semua aspek pekerjaan seorang pemimpin. Sedangkan kata sosial pada ilmu-ilmu sosial atau sosiety menunjuk pada obyeknya, yaitu masyarakat.[1]

Ditinjau dari pendekatan terminology (istilah), para ahli memisahkan antara definisi pemimpin dengan kepemimpinan. Diantara pendapat para ahli tersebut adalah sebagai berikut:

Berdasarkan definisi kepemimpinan di atas, kepemimpinan dalam sebuah proses paling tidak memenuhi tiga unsur penting di dalamnya, yaitu:

Ada orang yang menjadi pemimpin/pimpinan (leader) dan ada yang dipimpin/pengikut (follower/jamaah)
Ada suatu proses saling mempengaruhi (influences) antara bawahan dan pimpinan
Antara pemimpin dengan yang dipimpin berusaha mencapai tujuan yang sama, yaitu tujuan organisasi/lembaga

Jadi, kepemimpinan Sosial adalah suatu proses pempengaruhi antara pemimpin dengan yang dipimpin dalam sebuah organisasi atau lembaga kemasyarakatan untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan cara yang Islami dan manusiawi.


Kepengikutan

Kepengikutan adalah suatu sikap atau kecendrungan seseorang untuk mengikuti orang lain. Ada bebarapa macam kepengikutan (Followership)

Kepengikutan karena naluri, misalnya anak mengikuti orang tuanya, masyarakat suku terasing mengikuti pemimpin kharismatik.
Kepengikutan karena tradisi atau adat kebiasaan, misalnya masyarakat pedesaan sangat berpegang kepada adat istiadat yang diwarisi turun temurun
Kepengikutan karena agama, misalnya, mengikuti karena mentaati ajaran agama.
Kepengikutan karena rasio, misalnya, orang terpelajar mengikuti pemimpin yang dapat meyakinkan orang melalui pikiran rasional
Kepengikutan karena peraturan atau hukum, misalnya, dikalangan masyarakat modern dimana hubungan antar  manusia telah diatur  dalam peraturan dan hukum yang berlaku.

Ada bebarapa sebab yang membuat seseorang mengikuti orang lain secara psikologis:
Adanya dorongan mengikuti pemimpin.
Adanya sifat-sifat khusus pada pemimpin, yaitu sifat-sifat dan ciri kepemimpinan yang mampu mempengaruhi jiwa orang lain sehingga tertarik kepadanya.
Adanya kemampuan pemimpin untuk menggunakan teknik dan metode kepemimpinan.[2]


Istilah-Istilah Kepemimpinan

Kata kepemimpinan dalam lisanul Islam disamakan dengan kata Imamah dan Khalifah. Kata Imahamah lazim dipakai oleh mazhab Syi’ah dan kata Khalifah dipakai oleh mazhab Ahhlu Sunnah. Para ulama dan pemikir Islam memberikan pengertian kepemimpinan dalam kontek imamah dan khilafah, diantaranya sebagai berikut:

Artinya :”Imamah adalah kedudukan atau lembaga yang dibentuk untuk menggantikan fungsi kenabian dalam memelihara agama dan mengatur urusan dunia.”[3]

Sedangkan pengertian khilafah menurut Ibrahim Hasan,
Artinya: “Khilafah adalah bentuk kekuasaan yang umum dalam urusan agama dan dunia sebagai pengganti Nabi SAW.”[4]

Menurut Ibnu Khaldun. Khilafah adalah suatu tanggung jawab umum yang dikehendaki oleh peraturan syari’at untuk mewujudkan kemaslahatan dunia dan akherat bagi umat, dengan menunjuk kepadanya.

Sedangkan kata pemimpin dalam Islam digunakan istilah imam dan khalifah, yaitu orang yang dapat memberikan petunjuk yang baik atau menyesatkan. Kata Imam diperuntukkan bagi al-Qur’an, karena ia sebagai imam atau pedoman bagi umat Islam. Juga dapat digunakan bagi Rosululloh SAW, karena beliau adalah pemimpin dari pemimpin yang sunnahnya diikuti oleh seluruh pemimpin. Dan, kata khalifah telah digunakan dan dipraktekkan di masa kekhalifahan  4 (Abu bakar, Umar, Utsman, dan Ali) dengan sebutan khalifah bagi pemimpinnya.



Dalam Islam juga biasa menggunakan istilah Ulil Amri dan Rain. Al-Marghi dan Muhammad Syalthout yang dukutip oleh Imam Mujiono, mengartikan Ulil Amri sebagai ulama, cendikiawan, pemimpin militer atau tokoh-tokoh-tokoh masyarakat yang menjadi tumpuan bagi umat, menerima kepercayaan atau amanat dari anggota masyarakat. Sedangkan Muhammad Syalthout mengartikannya sebagai orang-orang serdik pandai yang dikenal oleh umat sebagai orang yang ahli dalam berbagai bidang serta mengerti kepentingan umatnya.[5] Sedangkan kata rain berarti pengembala, pengelola dan pemimpin.[6]

Di Indonesia, istilah pemimpin atau kepemimpinan biasa menggunakan istilah ketua atau kepala dan manajer. Misalnya, ketua adat, ketua kelompok, kepala desa, kepala kampong, kepala/ketua rombongan, dan manajer perusahaan, manajer lembaga ekonomi. Menurut Jamal Mahdi,[7] Ada beberapa perbedaan antara ketua dengan manajer, yaitu:

Asper Perbandingan
Pemimpin
Ketua
Manajer

Pemilihan
Dipilih oleh jama’ah berdasar-kan peng-akuan spontan dari anggota-anggotanya
Terpilih karena suatu system dan
Diperoleh melalui pengangkatan



bukan hasil pengakuan spontan.


Sasaran
Bekerja untuk mewujudkan sasaran yang mandatkan jama’ah.
Bekerja untuk mewujudkan target yang
Targetnya meraih keuntungan materi atau kedudukan



dipilih secara pribadi dalam batas-batas




kepentingannya.


Anggota
Para anggota memilih pemimpin dan menjadi pengikutnya.
Kita tidak dapat mengatakan para
Kita tidak me-nyebut anggota-anggotanya sebagai pengikut atau bawahan.



bawahan sebagai pengikut karena mereka




tidak mene- rima otoritas atasan berdasarkan




kemauan mereka.


Otoritas (Kekuasaan)
Otoritas pemimpin merupakan pilihan spontan dari pihak anggota jama’ah
Otoritas pemimpin dating dari otoritas
Terkadang dipilih dari anggota yang paling tua atau lebih senior



luar jama’ah


Hubungan
Seorang pemimpin bekerja dengan cara melebur dan berbaur dengan para pengikutnya.
Terdapat jurang dan jarak social yang memang
Hubungan diatur oleh program-program (proyek- proyek) dan terkait dengan pekerjaan.



desengaja antara kepala dan bawahan.




Tabel di atas menjelaskan bahwa tidak setiap manajer atau kepala adalah seorang pemimpin. Jika seorang manajer atau kepala dilatih dan dipersiapkan , lalu persiapan dan bakat itu terpenuhi, maka sifat-sifat tertentu akan tampak, yang terkadang masing-masing dari keduanya merupakan pemimpin.


Hakekat kepemimpinan

Kepemimpinan adalah bagian penting dari manajemen, tetapi bukan semuanya. sebagai contoh para manajer harus merencanakan dan mengorganisasikan, tetapi peran utama pemimpin adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dengan antusias. Ini bukti bahwa pemimpin boleh jadi manajer yang lemah apabila peranannya yang jelek menyebabkan kelompoknya bergerak kearah yang salah. Meskipun mereka dapat menggerakkan kelompok, mereka sama sekali tidak dapat menggerakkannya kearah pencapaian tujuan organisasi.

Juga dimungkinkan adanya kombinasi lain. Seseorang boleh jadi pemimpin yang lemah, tetapi merupakan manajer yang relatif efektif, khususnya apabila ia kebetulan mengelola orang-oraang yang sangat memahami pekerjaan mereka dan memiliki dorongan yang kuat untuk bekerja. Keadaan seperti ini kecil kemungkinannya dan karenanya kita berharap agar para manajer yang istimewa memiliki kemampuan kepemimpinan yang cukup tinggi.

A . Perilaku pemimpin

Sebelumnya dipandang bahwa ciri pribadi merupakan sumber utama kepemimpinan yang berhasil tetapi belakangan ini penekanannya lebih pada upaya mengidentifikasi perilaku pemimpin. dengan demikian kepemimpinan yang berhasil bergantung pada perilaku, keterampilan dan tindakan yang tepat bukan pada ciri pribadi.

Para pemimpin menggunakan jenis kempimpinan yang berbeda : ketrampilan teknis, ketrampilan manusiawi dan ketrampilan konseptual.

Keterampilan teknis (Technicl skill), mengacu pada pengetahuan dan ketrampilan seseorang dalam salah satu jenis proses atau teknik. Contoh ketrampilan yang dimiliki para akuntan, insinyur, pembuat alat-alat. Ketrampilan ini merupakan ciri yang menonjol dari prestsi kerja [ada tingkat operasional, tetapi pada saat pegawai dipromosikan pada tanggung jawab kepemimpinan, keterampilan teknis mereka secara proporsional menjadi kurang penting.

Ketrampilan manusiawi (Human skill), adalah kemampuan bekerja secara efektif dengan orang-orang dan membina kerja tim. Setiap pemimpin pada setiap tingkat organisasi memerlukan ketrampilan manusiawi yang efektif



Keterampilan konseptual (conceptual skill), adalah kemampuan untuk berpikir dalam kaitannya dengan model, kerangka, hubungan yang luas seperti rencana jangka panjang. Keterampilan ini menjadi semakin penting dalam pekerjaan manajerial yang lebih tinggi. Keterampilan konseptual berurusan dengan gagasan, sedangkan ketrampilan manusiawi berfokus pada orang dan keterampilan teknis pada benda.


B . Aspek situasi
Kepemimpinan yang berhasil memerlukan perilaku yang menyatukan dan merangsang pengikut untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam situasi tertentu. Ketiga unsur ini: pemimpin, pengikut, dan situasi adalah variabel yang mempengaruhi satu sama lainnya dalam menentukan perilaku kepemimpinan yang efektif.

Definisi kepeminpinan (leadership)

• George R Terry mengatakan bahwa leadership is the relationship in which one person, the leader, influence others to work together willingly on related task to attain that which the leader desire

• Robert Tannebaum mendefinisikan leadership sebagai interpersonal influence excercised in a situation and directed, through the communication process, toward attainment of specialized goal or goals


Etika & Moral Kepemimpinan

Dalam sejarah perkembangan masyarakat, di setiap kelompok (golongan) manusia ada yang menjadi pemimpin dan ada yang menjadi pengikut (massa). Pemimpin dan massa merupakan dua sisi dari satu keping mata uang, artinya pemimpin dan massa itu merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.






Massa adalah segolongan besar manusia dalam masyarakat yang mempunyai ikatan dan kepentingan tertentu. Massa bisa disebut juga dengan rakyat jelata, atau “wong cilik” (rakyat kecil). Massa dalam kehidupannya memerlukan pemimpin untuk memberi petunjukk dan membimbing serta mengarahkan dalam melakukan perkerjaan para massa. Pemimpin itu lahir dari massa itu sendiri, bukan dari luar, dan dipilih oleh mereka sendiri, serta bukan paksaan dari luar. Dengan demikian hakikatnya,

“massa (rakyat pekerja) melahirkan dan menentukan pemimpin yang membela kepentingannya.”

Pemimpin yang lahir & diangkat oleh massa harus menjadi poros hidup dan kehidupan massa, mempunyai kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh massa lain dan digunakan untuk kepentingan bersama.

Kepemimpinan ialah membina, menggerakan, mengarahkan, dan memerintah massa (anggota) melakukan suatu tindakan (aksi) untuk mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi dibutuhkan pemimpin yang memliki etika dan moral dalam kepemimpinan.

“Etika kepemimpinan ialah tindakan benar-salah para pemimpin yang didasarkan pada pikiran, perasaan, dan kepentingan anggota suatu organisasi.”

Kepemimpinan yang beretika (yang benar) adalah perilaku pemimpin dalam hal memahami pikiran, mengkhayati perasaan, dan memperjuangkan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya. Sedangkan perilaku kepemimpinan yang tidak etis adalah perilaku pemimpin yang subyektif, otoriter, diktator, dan tidak memperdulikan kepentingan orang-orang (massa) yang dipimpinnya.

“Moral ialah sesuatu yang dijunjung tinggi yang berupa ajaran (agama) dan paham (ideologi) sebagai pedoman untuk bersikap & bertindak baik yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.”

Pemimpin harus memiliki moral agar dapat mengarahkan anggotanya untuk mencapai tujuan. Moral pemimpin antara lain adalah:
Jujur; jujur terhadap kawan seideologi dan seorganisasi. Sikap jujur juga harus dimiliki oleh setiap anggota di dalam organisasi.
Bersatu; Bersatu diantara para anggota (massa) di dalam suatu organisasi atau masyarakat.
Disiplin; adalah watak, sikap, perilaku untuk melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan baik.
Kesetiakawanan; untuk mewujudkannya memerlukan pengorbanan.
Berkorban; mengalahkan kepentingan pribadi demi kepentingan seluruh anggota suatu organisasi.


TEORI-TEORI  KEPEMIMPINAN


A . Teori Sifat

TeoAri ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan  bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:

Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.

Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

B . Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:






konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri  ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
 berorientasi kepada bawahan dan produksi
perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)


C . Teori Situasional

Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
 Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
 Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
 Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
 Norma yang dianut kelompok
 Rentang kendali;
 Ancaman dari luar organisasi
 Tingkat stress;
 Iklim yang terdapat dalam organisasi.
 Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:

Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku  kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol  ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai  perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.

Model ” Interaksi Atasan-Bawahan” :
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seorang  akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
* Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik;
* Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
* Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.

Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah
* Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.

Model ” Jalan- Tujuan “
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut   harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.





Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya.
Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.


ciri-ciri seorang pemimpin
Seorang pemimpin adalah individu dengan jiwa yang terlatih dan mampu melatih individu-individu lain untuk mewujudkan visi yang bersifat seragam. Seorang pemimpin diharuskan mampu melibatkan diri dalam unsur keberagaman sifat anggota yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mampu membawa misi kelompoknya ke arah yang baik dan tetap teguh merangkul semua anggota kelompok.
Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Cerdas
Kecerdasan adalah titik tentu yang idealnya harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Kecerdasan merupakan point utama yang menentukan seberapa baik langkah yang diambil oleh seorang pemimpin jika dihadapkan oleh suatu masalah kelompok. Pemimpin ideal adalah pemimpin yang cerdas dalam membawa diri yang didukung dengan keunggulan berfikir dan peka terhadap hal-hal sekitar. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin yang ideal akan mampu berfikir luwes dan memiliki ide-ide segar untuk keberlangsungan kepentingan kelompoknya.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Berinisiatif
Tidak hanya cerdas, pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang berani berinisiatif jika dihadapkan dengan suatu masalah. Inisiatifme diri jelas dibutuhkan oleh seorang pemimpin demi terciptanya solusi yang bersifat nyata dan menjanjikan. Pemimpin yang berinisiatif adalah pemimpin yang mampu menggerakkan dirinya sendiri terlebih dahulu untuk memulai segala sesuatunya tanpa adanya paksaan. Dengan sifat inisiatif yang ada dalam diri pemimpin, kekuatan diri dari tiap anggota untuk menjalankan misi kelompok pun akan terjamin dengan baik.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Bertanggung jawab
Bertanggung jawab berarti berani untuk menanggung efek dari segala keputusan yang timbul ideal tentunya perlu memiliki sifat bertanggung jawab. Pengambilan keputusan terhadap cara kerja dan pelaksanaan misi suatu kelompok tentunya diputuskan dengan tidak tergesa-gesa. Pemimpin yang bertanggung jawab adalah pemimpin yang tetap teguh dan mampu berfikir taktis untuk menerima segala resiko yang timbul dari keputusan yang diambil.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Dapat Dipercaya
Karakter yang satu ini tentunya timbul dari seberapa berhasilnya seorang pemimpin dalam menggerakkan anggotanya dan bijak dalam mengambil keputusan. Pemimpin ideal adalah pemimpin yang tanpa perlu berfikir ulang, anggotanya akan dengan kesungguhan hati mampu mempercayai pemimpin tersebut untuk mengambil keputusan. Pemimpin yang dapat dipercaya adalah pemimpin yang mampu mendamaikan hati semua anggota. Dengan pemimpin yang dapat dipercaya, setiap anggota akan merasa lebih terpacu untuk menyatukan hati dan menciptakan keseragaman kelompok demi terciptanya keutuhan.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Jujur
Kejujuran dalam diri seseorang tentunya menjadi point khas yang harus dimiliki oleh seorang manusia, terutama oleh seorang pemimpin. Pemimpin yang jujur menjanjikan keterbukaan dan keluwesan dalam memberikan segala informasi yang mencakup kepentingan kelompok. Kejujuran yang ada dalam diri seorang pemimpin akan menjadi ciri khas tersendiri yang mampu diandalkan oleh anggota. Pemimpin ideal dengan tingkat kejujuran tinggi akan mendapatkan kepercayaan yang luas dari kelompoknya.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Rela Berkorban
Rela berkorban berarti rela menerjunkan diri dalam kepentingan kelompoknya dibandingkan dengan kepentingan pribadi. Pemimpin yang rela berkorban akan mampu memfokuskan diri untuk mencapai visi kelompok secara detail. Sifat rela berkorban ini pun tentunya harus didasari dengan kecerdasan dan kebijakan dari seorang pemimpin. Pemimpin ideal yang rela berkorban akan mampu mengambil keputusan secara tepat tanpa merugikan banyak pihak.

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang Dicintai dan Mencintai Kelompoknya
Cinta hadir dalam diri seorang pemimpin yang ideal dan juga kelompok yang dipimpinnya. Segala bentuk tingkah laku yang hadir dari seorang pemimpin yang ideal akan selalu diiringi dengan unsur cinta yang akan meminimalisir bentuk kecurangan juga hal-hal buruk lainnya. Kelompok yang dipimpinnya pun akan mampu mencintai pemimpin tersebut tanpa adanya unsur paksaan yang berlebih. Pemimpin yang idealjelas akan mampu menciptakan tindakan dengan cinta yang terkoordinir rapih untuk kemajuan.
Setelah membaca artikel di atas, tentunya kita bisa mengetahui 7 karakter utama pemimpin ideal dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin bukanlah manusia sempurna namun, seorang pemimpin yang ideal dituntut untuk mengusahakan kesempurnaan untuk kemajuan visi kelompoknya. Jadilah pemimpin ideal!


BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.



PENUTUP

Alhamdulilah berkat kesempatan yang diberikan Allah SWT  makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktunya. Demikian yang dapat kami sampaikan dan tulisan dalam makalah ini , jika ada kekurangan maka kami selaku penulis memohon maaf yang sebesar besarnya serta besar harapan kami untuk mendapatkan saran-saran yang bermanfaat.




No comments:

Post a Comment